Makalah Ilmu Pendidikan Islam

KONSEP DAN ANALISIS PENDIDIKAN ISLAM DALAM PRAKTIK
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah           :    Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu   :    Nur Khoiri, M. Ag.


Oleh:
1.      Melinda Khoirunnisa’        (133511003)
2.      Lita Wulansari W.             (133511006)
3.      Kuwatno                            (133511009)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu hal yang harus dimiliki oleh manusia. Hal ini dikarenakan pendidikan begitu penting bagi setiap manusia. Manusia terlahir ke dunia dengan tanpa mengetahui sesuatu apapun, tetapi ia diberi anugerah berupa pikiran agar ia belajar dan memiliki pengetahuan yang luas. Allah saja telah berjanji dalam firman-Nya bahwa Dia akan meninggikan derajat orang-orang yang bertaqwa dan berilmu.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniyah maupun rohaniyah, menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi manusia dengan Allah, manusia dan alam semesta.[1]
Melihat begitu pentingnya pendidikan Islam, maka kita sebagai umat Islam perlu memelajari dan mengkaji lebih dalam tentang Ilmu Pendidikan Islam untuk membentuk moral yang lebih baik. Sebelum memelajari lebih dalam tentang Ilmu Pendidikan Islam, maka kita perlu mengetahui konsep-konsep dari Ilmu Pendidikan Islam itu sendiri agar dalam  memelajari Ilmu Pendidikan Islam lebih terstruktur.

B.            Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep pendidikan Islam
2.      Bagaimana analisis pendidikan Islam di lapangan

C.            Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui konsep pendidikan Islam
2.      Mengetahui hasil analisis pendidikan Islam antara teori dan praktik di lapangan

D.           Manfaat
Dalam penyusunan makalah ini kami berharap memiliki kontribusi positif berupa manfaat yang dapat diambil oleh para pembaca pada umumnya serta pada kususnya bagi para pendidik dan para peserta didik di mana manfaatnya adalah sebagai berikut:
1.      Manfaat bagi pendidik
a.       Dengan mengetahui konsep pendidikan Islam, bisa melangsungkan proses pendidikan sesuai dengan konsep pendidikan Islam yang baik dan benar.
b.      Setelah mengetahui tentang analisis pendidikan Islam antara teori dan praktik, bisa memperbaiki, mengembangkan serta mengintegritas di antara keduanya agar bisa lebih padu dalam penerapannya.

2.      Manfaat bagi peserta didik
a.       Dengan mengetahui konsep pendidikan Islam, para peserta didik lebih bisa memahami ilmu pendidikan Islam itu sendiri.
b.      Dengan mengetahui tentang analisis pendidikan Islam antara teori dan praktik, para peserta didik lebih bias memahami arti pentingnya pendidikan Islam.



E.            Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami mengunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
D.    Manfaat
E.     Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
A.    Pengertian
B.     Pendidikan Islam Sebagai Lembaga
C.     Pendidikan Islam Sebagai Mata Pelajaran
BAB III PEMBAHASAN
A.    Konsep Pendidikan Islam
B.     Analisis Pendidikan Islam dalam Praktik
1.      Institusi Pendidikan Islam
2.      Pelajaran (Kurikulum)
BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA


BAB II
LANDASAN TEORI

A.             Pengertian
Menurut Singarimbun dan Effendi (2009), pengertian konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama.[2]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek – obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir sesuai dengan pendidikan yang telah diperoleh.[3]
Menurut Drs.  Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam yaitu pendidikan jasmani, rohani, berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain, beliau sering menyatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.[4]
Pendidikan Islam bertolak dari pandangan Islam tentang manusia. Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai fungsi ganda yang sekaligus mencakup tugas pokok pula. Fungsi pertama, manusia sebagai khalifah Allah di bumi  (Al-Baqoroh : 30); Fungsi kedua,  manusia adalah makhluk Allah yang ditugasi untuk menyembah dan mengabdi  kepada-Nya  (Az-Zariat :56).
Selain dari itu, pada sisi lain, manusia adalah makhluk yang memiliki potensi lahir dan batin. Potensi lahir adalah unsur fisik yang dimiliki oleh manusia. Sedangkan potensi batin adalah unsur rohani yang ada pada manusia yang dapat di kembangkan ke arah kesempurnaan.
Semua potensi manusia itu mesti diberdayakan. Allah SWT telah memberikan potensi-potensi itu kepada manusia untuk dirawat, dididik, ditumbuhkan dan dikembangkan semaksimal mungkin. Upaya itu dilakukan melalui pendidikan. Manusia. Sesuai dengan penjelasan Al-Qur’an, dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, tetapi manusia itu sejak lahir telah membawa potensi akal, qalbu, nafsu, serta roh di samping potensi fisik jasmaniah. Semua potensi itu akan berkembang sesuai  dengan stimulus yang diberikan lewat pendidikan. Akal manusia akan menjadi cerdas dan dapat untuk memecahkan problem kehidupan apabila akal itu dididik, diberi latihan-latihan intelektual dan diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan, melahirkan kecerdasan intelektual.
Qalbu manusia pun demikian pula akan mengalami kecerdasan emosional dan spiritual apabila diberi upaya-upaya pendididkan, sehingga manusia akan mencapai kecerdasan emosional dan spiritualnya. Nafsu manusia juga memerlukan pendididkan. Nafsu diartikan sebagai daya dorong untuk meraih keinginan. Tidak selamanya pemahaman terhadap nafsu dikaitkan dengan yang negatif. Nafsu sebagai daya dorong dapat dimaknai sebagai yang positif, seanjang nafsu itu juga memperoleh pendidikan, sehingga nafsu itu terkendali.
Jadi, dalam pandangan pendidikan Islam manusia yang ingin dilahirkan oleh pendidikan Islam itu  adalah manusia yang memiliki keseimbangan, fisik dan psikis, berkeseimbangan antara ilmu dan akhlak, kecerdasan intelektual dan emosioanal serta spiritiual, individu dan masyarakat. Inilah yang dihasilkan oleh Konverensi Pendidikan Islam se-Dunia, tentang rumusan tujuan pendidikan.
Berdasarkan konsep Islam tentang manusia tersebutlah yang diaplikasikan ke dalam konsep Pendidikan Islam, yang dalam kaitan ini kelihatan bahwa Pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk manusia berkeseimbangan seperti yang digambarkan di depan sebagai tujuan akhir penididikan Islam. Karena itu, pendidikan Islam mesti dikemas agar muncul manusia ideal menurut konsep Islam yang dalam peristilahan lain disebut dengan insan kamil. [5]
Agar jalan yang ditempuh oleh pendidik dan peserta didik dapat berjalan mulus untuk menuju ke cita-cita pendidikan, yaitu terbentuknya kepribadian muslim atau insan kamil yang diridhai Tuhan, orang harus selalu meniti jalan serta melihat kompas antara lain firman Allah sebagai berikut[6]:
Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu, yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu serta mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah dan mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (Surah Al-Baqarah ayat 15)

Pendidikan agama telah berlangsung di Indonesia sejak tahun 1947, setelah pemerintah merealisasikan usul BP KNIP (Badan Pekerja Komite Nasional Indonesi Pusat) agar pendidikan agama dilaksanakan di sekolah-sekolah.[7] Di Indonesia, Pendidikan Islam diberlakukan menjadi dua bentuk, yaitu:
B.              Pendidikan Islam sebagai Lembaga
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Terdiri dari wilayah dengan banyak pulau, disebut juga dengan negara kepulauan, menurut statistik 2000, jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 206,3 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 % per tahun selam periode 1990 sampai 2000. Dari jumlah tersebut, 177,5 juta jiwa adalah muslim, ini merupakan 88,2 % dari total seluurh populasi Indonesia atau sekitar 13 % dari jumlah populasi muslim seluruh dunia sebesar 1,3 milyar. Jumlah kaum muslim yang demikian besar berbanding lurus dengan lembaga pendidikan Islam yang berkekmbang di Indonesia.[8]
Pendidikan Islam sebagai lembaga terdiri dari tiga bentuk. Pertama, lembaga pendidikan informal yaitu yang berlangsung di rumah tangga. Kedua, lembaga pendidikan nonformal yaitu yang berlangsung di masyarakat, dan ketiga, lembaga pendidikan formal yang berlangsung di sekolah.
C.            Pendidikan Islam sebagai Mata Pelajaran
Pendidikan Islam sebagai mata pelajaran adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi. Pada lembaga-lembaga pendidikan tersebut mata pelajaran agama Islam diajarkan sejak Indonesia merdeka di sekolah-sekolah umum. Begitu juga sejak permulaan tahun 1960-an masuknya pendidikan agama ke perguruan tinggi. Subjek keagamaan inilah yang dimaksudkan dengan pendidikan Islam sebagai mata pelajaran.[9]



BAB III
PEMBAHASAN

A.           Konsep Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sering diartikan sebagai kegiatan belajar-mengajar di mana Agama Islam sebagai bahan yang diajarkan. Pendidikan Islam juga diartikan sebagai suatu kelembagaan yang bernapaskan ke-Islaman.
Islam adalah agama yang anti terhadap kebodohan, karena kebodohan adalah awal dari hilangnya suatu peradaban. Inti dari pendidikan adalah perubahan baik dari segi sikap, kemampuan maupun dalam pengetahuan. Selain itu, pendidikan juga merupakan usaha dari para pendidik untuk memberikan bantuan, arahan terhadap peserta didik sehingga mereka ada perubahan sikap dan wawasan yang lebih bersifat positif bagi dirinya dan masyarakat secara umum. Semua itu berkaitan dengan yang dicita-citakan pendidikan islam yaitu menciptakan manusia ideal.
Di pandang dari sudut fungsi dan potensi lahir dan batin serta menggapai untuk terwujudnya manusia seutuhnya, maka ada beberapa aspek yang perlu dikembangkan dan dididikkan kepada manusia. Pertama, aspek pendidikan fisik manusia. Kedua, aspek pendidikan rohani manusia yang meliputi aspek pikiran dan perasaan. Sedangkan manusia ditinjau dari segi fungsinya sebagai khalifah, maka aspek yang perlu dikembangkan adalah aspek pemahaman, penguasaan dan tanggung jawab terhadap kelestarian alam raya. Berkenaan dengan itu maka perlu dikembangkan aspek pendidikan ilmu pengetahuan dan aspek pendidikan moral, serta aspek keterampilan pengelolaan alam raya. Ditinjau dari segi fungsi manusia sebagai hamba (‘abd), maka aspek yang penting untuk dididikkan adalah aspek pendidikan ketuhanan.
Sedangkan fungsi manusia itu sendiri ada dua, yaitu sebagai khalifah di muka bumi dan sebagai makhluk Allah yang ditugasi untuk menyembah dan mengabdi kepada-Nya. Fungsi manusia sebagai khalifah mengandung arti bahwa manusia diberi amanah untuk memelihara, merawat, memanfaatkan setra melestarikan alam raya. Fungsi kedua di atas manusia harus tunduk dan pasrah kepada kebesaran Allah SWT. Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan khalik dengan makhluk. Allah adalah pencipta dan manusia adalah yang diciptakan-Nya. Karena itu manusia harus sadar akan hal tersebut. Kesadaran itulah yang membuat manusia harus tunduk dan patuh kepada khaliknya, yaitu Allah SWT.sebagai tanda tunduk dan patuh tersebut manusia mengabdikan dirinya kepada-Nya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Untuk tercapainya kedua fungsi tersebut yang terintegrasi dalam diri pribadi muslim, diperlukan konsep pendidikan yang komperhensif yang dapat mengantarkan pribadi muslim kepada tujuan akhir pendidikan yang ingin dicapai.

B.            Analisis Pendidikan Islam dalam Praktik
1.    Institusi Pendidikan Islam
Institusi atau lembaga pendidikan Islam adalah suatu bentuk wadah organisasi yang dapat digunakan atau berfungsi sebagai pengembangan kegiatan pendidikan Islam.
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa institusi pendidikan yang secara substansial sangat kondusif untuk dijadikan sebagai proses pengembangan kegiatan pendidikan Islam dan sekaligus keberadaannya dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia sudah dikenal sejak lama. Institusi atau lembaga tersebut antara lain adalah keluarga, masjid, pesantren, dan madrasah.
a.    Keluarga sebagai Institusi Pendidikan Islam
Keluarga (kawula warga) adalah suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerja sama ekonomi, berkembang, medidik, melindungi, merawat, dan sebagainya. Dalam perspektif Islam, keluarga dikenal dengan istilah usrah, ahl, ‘ali, dan nasab.
Proses pendidikan dalam keluarga secara primer tidak dilaksanakan secara pedagogis (berdasarkan teori pendidikan), melainkan hanya berupa pergaulan dan hubungan yang disengaja atau tidak disengaja dan langsung maupun tidak langsung antara orang tua dan anak.
Dalam perspektif Islam proses pendidikan dalam keluarga pada hakekatnya dilaksanakan melalui tiga periode tahapan, yaitu periode pra-konsepsi, periode pra-natal, dan periode post-natal.
Periode pendidikan pra-konsepsi adalah upaya persiapan pendidikan yang dilakukan oleh seseorang semenjak ia memulai memilih dan atau mencari jodoh sampai pada saat setelah terjadinya pembuahan dalam rahim seorang ibu. Periode pendidikan pra-natal adalah upaya persiapan pendidikan yang dilakukan oleh kedua orang tua pada saat seorang anak masih berada dalam kandungan seorang ibu. Sedangkan periode pendidikan post-natal adalah pendidikan yang dilakukan atau dimulai semenjak anak lahir di dunia ini sampai tumbuh-berkembang menjadi dewasa.
b.    Masjid sebagai Institusi Pendidikan Islam
Masjid sebagai lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh umat Islam berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat terutama yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan keagamaan. Masjid sebagai salah satu lembaga pendidikan keagamaan di luar sekolah (formal), telah mendapat pengakuan secara yuridis-formal untuk menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan agama Islam.
c.    Pesantren sebagai Institusi Pendidikan Islam
Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, umumnya dengan cara non-klasikal, dimana seorang kyai mengajar ilmu agama Islam kepada santri berdasar kitab-kitab yang ditulis dalam bahasabArab oleh para ulama-ulama arab pada abad pertengahan, para santri biasanya tinggal di pondok.
Tujuan diselenggarakannya pendidikan pesantren secara umum adalah membimbing peserta didik (santri) nuntuk menjadi manusia yang memiliki kepribadian Islami, yang dengan bekal ilmu agamanya mereka sanggup menjadi mubaligh untuk menyebarkan agama Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.
d.   Madrasah
Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam khas milik umat Islam, dan lahir dari proses sejarah umat Islam yang panjang, serta dengan lembaga pendidikan madrasah tersebut telah digunakan oleh umat Islam untuk mempelajari berbagai ilmu untuk pengembangan kehidupan umat Islam sepanjang sejarah, baik yang berkembang di dunia Islam, maupun terutama di wilayah Nusantara Indonesia. Keberadaan madrasah sebagaimana wujudnya sekarang ini, merupakan hasil dari suah proses pemikiran tentang model pendidikan yang dilakukan dalam kurun waktu yang relatif lama.
Madrasah sebagai institusi pendidikan Islam mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas bangsa Indonesia, yang mayoritas penduduknya adalah beragama Islam. Madrasah diharapkan mampu menciptakan peserta didiknya yang intelek yang bisa disegani oleh beberapa kalangan, utamanya ilmuan non muslim. Dan yang penting lagi adalah peserta didik mampu menguasai ilmu Teknologi (IPTEK) dan dibarengi dengan Iman dan Taqwa (IMTAQ). Dengan demikian, madrasah sebagai institusi pendidikan Islam tidak selalu dikucilkan atau dinomor duakan oleh semua kalangan, utamanya dari sekolah umum.

2.    Mata Pelajaran (Kurikulum)
Salah satu komponen operasional pendidikan Islam sebagai suatu sistem adalah materi. Materi pendidikan Islam ialah semua bahan pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik  dalam suatu sistem institusional pendidikan. Materi pendidikan ini lebih dikenal dengan istilah kurikulum. Sedangkan kurikulum menunjuk kepada materi yang sebelumnya telah disusun secara sistematis guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam Ilmu Pendidikan islam, kurikulum merupakan komponen yang amat penting, karena merupakan bahan-bahan ilmu pengetahuan yang diproses di dalam sistem kependidikan Islam. Ia juga menjadi salah satu bagian dari bahan masukan yang mengandung fungsi sebagai alat mencapai tujuan pendidikan Islam. Kita dapat mengetahui tentang cita-cita apakah yang hendak diwujudkan oleh proses kependidikan, dengan memerhatikan program yang berbentuk kurikulum. Dengan kata lain, kita dapat mengetahui produk dan proses kependidikan Islam yang dicita – citakan berwujud manusia seperti apa dan berkemampuan yang bagaimana melalui kurikulum.
Kurikulum pendidikan Islam harus mencerminkan idealitas Qur’an yang tidak memilah-milah jenis disiplin ilmu secara taksonomi-dikhatomik, menjadi ilmu agama terpisah dari ilmu-ilmu duniawi yang lazim disebutkan oleh umat Islam khususnya di Indonesia sebagai ilmu-ilmu pengetahuan umum. Para ahli menegaskan bahwa kesempurnaan manusia tidak akan terwujud kecuali dengan menyerasikan antara agama dan ilmu pengetahuan.
Materi yang diajarkan kepada peserta didik diharapkan mampu menimbulkan kesadaran bahwa ia adalah makhluk Allah yang wajib menyembah kepada-Nya. Ibadah kepada-Nya merupakan salah satu bentuk manifestasi dan sikap berilmu dan beriman sehingga manusia muslim hasil pendidikan Islam tetap akan mematuhi perintah  Allah. Materi yang diajarkan juga harus mengacu keimanan serta meningkatkan taraf atau martabat hidup manusia. Selain itu juga diharapkan dapat menambah takwanya kepada Allah.


BAB IV
KESIMPULAN

            Pendidikan sesungguhnya bertujuan untuk memanusiakan manusia, sedangkan pendidikan Islam bertujuan membentuk manusia yang sempurna atau yang biasa disebut dengan insan kamil. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dibutuhkan konsep pendidikan Islam yang mana membahas mengenai pandangan Islam mengenai manusia.
            Analisis mengenai pendidikan Islam yang bertujuan membentuk insan kamil, ternyata terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pendidikan Islam sebagai lembaga serta pendidikan Islam sebagai mata pelajaran. Keduanya itu tetap berorientasi sama untuk mencapai tujuan pendidikan Islam itu sendiri sesuai konsep yang telah dijelaskan.


DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Haidar Putra, 2009, Pemberdayaan Pendidikan Islam di IndonesiaJakarta: Rineka cipta.
Drs. H. M. Sudiyono, 2009, ”Ilmu Pendidikan Islam”, Jakarta: Rineka Cipta.
Sudiyono, 2009, “Ilmu Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta.
Subhan, Arif, 2012, “Lembaga Pendidikan Islam Indonesia, Jakarta: Kencana.
http://www.carakata.blogspot.com/2012/03/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html.
http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-konsep-menurut-beberapa-ahli.html.




[1] Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Rineka cipta, 2009), hlm. 6
[2]  http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-konsep-menurut-beberapa-ahli.html , diakses pada tanggal 15 November 2013 pukul 15.16 WIB
[3]  http://carakata.blogspot.com/2012/03/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html , diakses pada tanggal 20 November 2013 pukul 09.03 WIB
[4]  Drs. H. M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm 7
[5] Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Rineka cipta, 2009), hlm. 3
[6] Sudiyono, Ilmu Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 252.
[7]  Ibid, hlm 43
[8]  Arif Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia (Jakarta: Kencana, 2012), hlm 315
[9]  Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Rineka cipta, 2009), hlm. 10

0 comments

Post a Comment